BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam ilmu ekonomi, inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.[1]
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Pada
tulisan ini permasalahan yang hendak
dibahas dalam tulisan ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah
penyebab terjadinya inflasi.
2. Bagaimana
penggolongan dari sebuah inflasi.
3. Bagaimana
cara pengukuran inflasi.
4. Apa
saja dampak dari terjadinya inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Inflasi dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi
dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi).
Untuk sebab
pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank
Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government)
seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Teori
inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Beberapa teori
mengenai jumlah uang beredar antara lain:
»
Teori Klasik
Teori klasik berpendapat, tingkat harga terutama
ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Bila jumlah uang bertambah,
harga-harga akan naik. Ini berarti nilai uang menurun karena daya beli menjadi
rendah. Pertambahan jumlah uang beredar disebabkan deficit APBN atau adanya
perluasan kredit.
»
Teori Keynes
Menurut Keynes yang paling menentukan kestabilan
kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat. Para konsumen,
produsen, pemerintah,dan luar negeri bersama-sama akan membeli lebih banyak
barang yang dihasilkan kapasitas produksi yang ada. Hal ini dapat menyebabkan
ketegangan-ketegangan di pasar. Produksi tidak dapat dinaikkan karena dibatasi
kapasitas produksi. Jumlah barang dan jasa yang diproduksi tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasar sehingga harga-harga menjadi naik dan timbul lagi inflasi.
Secara garis besar, teori
inflasi dibagi dalam tiga kelompok yang menyoroti aspek-aspek tertentu dari
proses inflasi, yaitu :
»
Teori Kuantitas
Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh jumlah uang
beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
datang.
»
Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuannya (secara ekonomis). Terjadi perubahan
rezeki diantara kelompok-kelompok social dalam masyarakat. Masing-masing kelompok
menginginkan bagian yang lebih besar dari pada kelompok yang lain. Proses
perebutan ini menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang-barang selalu
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.
»
Teori Strukturalis
Teori
ini memberikan tekanan pada kekuatan dari struktur perekonomian seperti yang
terjadi di Negara-negara berkembang. Ada kekuatan utama dalam perekonomian
perekonomian Negara-negara sedang berkembang yang bias menimbulkan inflasi
kekuatan ini terdiri dari:
-
Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor tumbuh secara
lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lain.
-
Ketidakelastisan penawaran
atau produksi bahan makanan yang tumbuh tidak secepat pertambahan penduduk dan
penghasilan perkapita sehingga harga bahan makanan naik melebihi kenaikan harga
barang lain.
2.1 PENYEBAB TERJADI INFLASI
o Inflasi
tarikan permintaan (Ingg: demand
pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan
dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi
meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment
dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar
yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak
faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur
peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi
spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
o Inflasi
desakan biaya (Ingg: cost
push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga
termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada
perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran
distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata
permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian
yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya
masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam,
cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi
spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait
tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi,
dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan
harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
2.2 PENGGOLONGAN INFLASI
Berdasarkan
asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang
berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar
negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
Inflasi juga
dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu, inflasi itu disebut inflasi
tertutup (Closed Inflation).
Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka
inflasi itu disebut sebagai inflasi
terbuka (Open Inflation).
Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat
harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang
lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga
dapat dibedakan :
»
Inflasi ringan (kurang dari
10% / tahun)
»
Inflasi sedang (antara 10%
sampai 30% / tahun)
»
Inflasi berat (antara 30%
sampai 100% / tahun)
2.3 MENGUKUR INFLASI
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan
tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di
antaranya:
»
Indeks harga
konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur
harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
»
Indeks harga produsen adalah indeks
yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk
melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di
masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang
kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
»
Deflator PDB menunjukkan
besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang
jadi, dan jasa.
2.4 DAMPAK
INFLASI
Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung,
atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri
atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan
pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya
beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak
dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja
di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga
menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai
mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika
tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang.
Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang
yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi
menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang
lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak
yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena
nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi
dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada
kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti
laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi
pada pengusaha kecil).
Secara umum,
inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Inflasi
juga dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan
pertumbuhan ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
1. Mendorong Penanaman Modal Spekulatif.
Inflasi mengakibatkan para
pemilik modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan carai
membeli rumah, tanah dan emas. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan
daripada melakukan investasi yang produktif.
2. Menyebabkan Tingkat Bunga Meningkat Dan Akan
Mengurangi Investasi.
Untuk menghindari
kemerosotan nilai uang atau modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan akan
menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tingg, maka
tingkat suku bunga juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi
kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha-usaha produktif.
3. Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi Di Masa
Depan.
Apabila gagal mengendalikan
inflasi, akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya arah
perkembangan ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini akan mengurangi
kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran.
Inflasi akan menyebabkan
harga barang-barang impor lebih murah daripada harga barang yang dihasilkan di
dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih cepat daripada
ekspor. Selain itu, arus modal ke luar ngeri akan lebih banyak disbanding yang
masuk kedalam negeri. Keadaan ini akan menagibatkan terjadinya defisit neraca
pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
Faktor-Faktor Pemicu Tingkat
Inflasi Laju kenaikan tingkat inflasi dipengaruhi oleh berbagai faktor,
sebagian ditentukan dari sudut pandang teori inflasi yang dianut. Pada kasus
perekonomian di Indonesia paling tidak terdapat beberapa faktor yang baik secara
langsung maupun secara psikologis dapat mendorong trend kenaikan tingkat
inflasi.
Faktor ekonomi dan
non-ekonomi yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inflasi di negara kita
antara lain dapat diidentifikasi berikut ini:
1. Adanya peningkatan jumlah uang beredar. Peningkatan
jumlah uang beredar ini di Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa:
»
Kenaikan harga migas di luar
negeri
»
Meningkatnya bantuan luar
negeri
»
Masuknya modal asing, khususnya investasi portfolio di pasar uang
»
Meningkatnya anggaran Pemerintah secara mencolok
»
Depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel
2. Adanya tekanan pada tingkat harga umum, yang dapat
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian berikut ini :
»
Penurunan produksi pangan
akibat musim kering yang berkepanjangan
»
Peningkatan harga komoditi umum secara mendadak
»
Pencabutan program subsidi BBM
»
Kenaikan harga BBM yang mencolok
»
Kenaikan tarif listrik
3. Kebijakan Pemerintah dalam mendorong kegiatan ekspor
non-migas; maupun kebijakan lainnya yang bersifat distortif seperti antara
lain:
»
Lonjakan inflasi setelah
dikeluarkannya kebijakan devaluasi
»
Kebijakan tata niaga yang
menciptakan pasar yang oligopolistis dan monopolistis
»
Pungutan-pungutan yang
dikenakan dalam perjalanan lalu lintas barang dan mobilitas tenaga kerja
»
Kebijakan peningkatan
tingkat upah minimum regional
4. Peningkatan pertumbuhan agregat demand yang dipicu
oleh perubahan selera masyarakat, atau kebijakan pemberian bonus perusahaan dan
faktor spekulatif lainnya:
»
Pemberian bonus THR
mendekati jatuhnya Hari Raya.
»
Pemberian bonus prestasi
perusahaan
»
Perkembangan pusat belanja
yang ekspansif dengan mematikan fungsi keberadaan pasar tradisional di
lokalitas tertentu.
2.5 KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DALAM MENGATASI INFLASI
Sampai
pembahasan dampak inflasi, maka Anda dapat menyimpulkan bahwa inflasi
menyebabkan perubahan yang sangat luas terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
Jika dihubungkan dengan keadaan sekarang tentunya dengan mudah Anda mendapatkan
gejala-gejala negatif dari inflasi yang paling sederhana, harga-harga naik
secara menyeluruh. Apakah Anda merasakan dampak tersebut?
Inflasi
tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan pemerintah dengan
cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut bidang moneter, fiskal dan
non moneter. Adapun penjelasan kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah ini :
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang
beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang beredar terlalu banyak
sehingga dengan kebijakan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat
dikurangi menuju kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui
instrument-instrumen berikut:
»
Politik Diskoto (Politik
Uang Ketat)
Bank menaikkan suku bunga
sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Kebijakan diskonto dilakukan
dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan
pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman
dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan
kredit akan berkurang, yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
»
Politik Pasar Terbuka
Bank sentral menjual
obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat
dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan
jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju
inflasi dapat lebih rendah.Operasi pasar terbuka (open market operation), biasa
disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money policy), dilakukan dengan
menjual surat-surat berharga, seperti obligasi negara, kepada masyarakat dan
bank-bank. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat dan pemberian kredit
oleh badan-badan kredit (bank) berkurang, yang pada akhirnya dapat mengurangi
tekanan inflasi.
»
Peningkatan Cash Ratio
Kebijakan persediaan kas
artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang
besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan
menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap di
dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang
sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang. Menaikkan cadangan uang kas
yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada
debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan
dengan finansial pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui
instrument berikut:
»
Mengatur penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian
bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak
defisit.
»
Menaikkan pajak. Dengan
menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian
pendapatannya untuk membayar pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang
masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang
menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif
tentunya berkurang.
3. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak
berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara
ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter
dapat dilakukan melalui instrument berikut:
»
Mendorong agar pengusaha
menaikkan hasil produksinya.
»
Menekan tingkat upah.
»
Pemerintah melakukan
pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
»
Pemerintah melakukan
distribusi secara langsung.
»
Penanggulangan inflasi yang
sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering
(pemotongan nilai mata uang).
»
Kebijakan yang berkaitan
dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi.
»
Kebijakan penentuan harga
dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling
price.
»
Devaluasi adalah penurunan
nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Inflasi merupakan salah satu masalah terbesar yang harus dihadapi suatu
perekonomian di setiap negara. Dampaknya sangat terasa sekali pada masyarakat
suatu negara itu sendiri. Kenaikkan harga-harga umum akan terus meningkat dari
waktu ke waktu. Banyak faktor yang mempengaruhi kenaikkan harga-harga umum ini.
Apabila harga suatu barang mengalami penurunan, maka daya beli masyarakat
dan permintaan masyarakat akan barang tersebut menjadi naik. Sebaliknya jika
harga suatu barang mengalami kenaikan, maka daya beli masyarakat akan mengalami
penurunan.
Tingginya tingkat inflasi
juga akan mengancam kelangsungan perusahaan-perusahaan dalam suatu negara.
Biaya produksi yang tinggi akan membuat perusahaan kekurangan modal. Mungkin
perusahaan akan mengurangi para pekerjanya, bahkan bagi kecil menengah akan
menutup usahanya. Terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah
faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat harga, juga tergantung
pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.
3.2 SARAN
Demi mengatasi masalah ini,
khususnya pemerintah harus membuat dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang
dianggap perlu untuk memperkecil semaksimum mungkin agar inflasi tidak terlalu
tinggi. Beberapa kebijakan yang itu bisa dengan kebijakan moneter, kebijakan
fiskal, dan kebijakan non meneter. Selain itu, peran bank sentral juga bisa
membantu dalam dalam meminimumkan inflasi yang akan terjadi. Namun
tidak hanya pemerintah yang berusaha untuk mengatasi masalah inflasi ini tapi
masyarakat juga harus mendukung pemerintah dengan ikut serta dalam penghematan
pemakaian bahan bakar minyak dengan melakukan efisiensi energi pada sektor
transportasi.
DAFTAR
PUSTAKA