Jumat, 17 Juni 2011

Perubahan Budaya di Perdesaan

KEPULAUAN MENTAWAI




*      MENTAWAI merupakan kepulauan yang terdiri dari beberapa puluh pulau. Pulau yang paling besar ada 3, yakni Pulau Siberut, Pulau Pagai dan Pulau Sipora. Di antara ketiga pulau ini pulau yang paling besar adalah Pulau Siberut dengan luas 4.480 km2. Sejak era otonomi daerah pulau-pulau Mentawai tidak lagi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman, melainkan menjadi kabupaten tersendiri yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan ibukota berkedudukan di Pulau Pagai dan termasuk wilayah Provinsi Sumatera Barat.





*      Kepulauan yang paling banyak penduduknya adalah Pulau Siberut, yang terdiri dari orang asli mentawai dan pendatang yang pada umumnya mendiami daerah bagian hilir yang mencari nafkah umumnya dengan berdagang ataupun menjual jasa. Misalnya jasa penginapan, jasa pemandu turis, dan menyediakan segala kebutuhan. Kaum pendatang kebanyakan terdiri atas etnis Minang, Batak, dan sedikit Jawa. Sementara itu orang Mentawai asli tinggal di pedalaman dengan kehidupan yang masih mengandalkan sumber daya alam, seperti misalnya hasil hutan, rotan, gaharu, enau, nilam, bambu,dll serta buah-buahan seperti durian, sagu, kelapa.

            Contoh konkret perubahan budaya


*      Masyarakat mentawai pada dahulunya mengukir tato pada tubuhnya. Tatto tersebut menyimbolkan pemiliknya berasal dari keluarga berada. Sebab, penatoan didahului dengan upacara adat atau punen enegat, yang diikuti masyarakat satu kesukuan. Tuan rumah bertanggung jawab menyediakan makanan bagi para tamu punen. Saat punen, seekor babi ternak yang menjadi ukuran kekayaan masyarakat Mentawai dipotong dan dimakan bersama. Sipatiti (orang yang menato) berhak membawa pulang seekor babi seusai mengerjakan tugasnya.
  
*      Bagi sikerei atau dukun di Mentawai yang bertugas mengobati orang sakit, tato juga menyimbolkan keabadian. Jika orang yang memakai tatto meninggal dunia, seluruh perhiasan yang ada pada tubuhnya ini harus dilepaskan. Tinggallah tato di tubuh yang dibawa ke liang kubur. Tato inilah yang disebut sebagai  pakaian abadi masyarakat mentawai. 

*      Namun, penatoan yang dilakukan dengan menusukkan jarum kayu ke kulit dan kemudian diikuti dengan memasukkan campuran arang dan sari pati tebu ini menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Rasa sakit ini membuat masyarakat mentawai tidak melanjutkan penatoan hingga ke kaki.


 


Dampak negatif dari perubahan budaya diatas adalah :
*      Kehilangan kebudayaan asli masyarakat mentawai itu sendiri
*      Adanya konflik yang muncul dari masyarakat asli tentang penolakan perubahan budaya tersebut
*      Membutuhkan proses yang lama dari perubahan budaya lama ke perubahan budaya baru 

Dampak positif dari perubahan budaya diatas adalah :
*      Tidak dianggap sebagai preman karena tatto memiliki pandangan negatif
*      Masyarakat mentawai dapat memilih 5 agama resmi yang ada di Indonesia
*      Terhindar dari pemakaian jarum kayu yang tidak higienis dan tidak layak untuk digunakan
*      Dapat berfikir Rasional
*      Karena tidak adanya kewajiban dalam menato tubuh maka masyarakat mentawai terbebas dari biaya dalam melaksanakan upacara penatoan