Sabtu, 12 Februari 2011

Ilmu Budaya Dasar Bab 3 - Manusia dan Penderitaan

Nama : Widya Frima Asandra
Kelas : 1KA33
NPM : 18110491
Materi : Ilmu Budaya Dasar
Kelompok : 3
Dosen : Ninuk Sekarsari


Kekalutan Mental

     Penderitaan batin dalam ilmu Psikologi dikenal sebagai kekalutan mental (mental disorder). Menurut Dra. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi Seks, dirumuskan bahwa yang disebut kekalutan mental adalah sebagai berikut:

1. Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh gangguan kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.
2. Merupakan totalitas kesatuan ekspresi proses kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor kausatif sekunder lainnya (Patologi = Ilmu penyakit).

Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persolan yang harus diatasi, sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Misalnya, seseorang yang tidak mampu menjawab sebuah pertanyaan ujian, menggigit-gigit pensil.

Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut :

1. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak napas, demam dan nyeri pada lambung.
2. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah.

Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah sebagai berikut :

1. Gangguan kejiwaan akan nampak dalam gejala-gejala kehidupan penderita, baik pada jasmani maupun rohaninya.
2. Usaha mempertahankan diri dilakukan dengan cara negatif (escape mechanism), yaitu mundur atau lari (menghindarkan diri), sehingga cara bertahan dirinya tentu salah. Hal ini akan berbeda apabila terjadi pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan, yang apabila menghadapi pesoalan justru akan segera memecahkan persoalan sehingga tidak menekan perasannya. Jadi, bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan (problem solving).
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown), dan yang bersangkutan mengalami disorder (tidak semestinya atau gangguan).

Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, yang berangsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya. Hal ini banyak terjadi pada orang-orang melankolis.
2. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya orang dari pedesaan yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.
3. Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial, overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional. Sebaliknya ada yang underacting sebagai rasa rendah diri yang lari ke alam fantasi.

Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang dapat mendorongnya ke arah berikut ini :

1. Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang akan dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup. Misalnya, melakukan shalat Tahajud bagi umat Islam waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan (Dalam pepatah dikatakan; Hendaknya jatuh tupai janganlah sampai jatuh tapai!).

2. Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi yang dialami orang dewasa antara lain sebagai berikut :

a. Agresi, serangan berupa kemarahan yang meluap akibat emosi yang tidak terkendalikan. Secara fisik berakibat mudah terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi), atau melakukan tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.

b. Regresi, kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung dan merusak barang-barang.

c. Fiksasi, peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri dan membentur-benturkan kepala pada benda keras.

d. Proyeksi, usaha mendapatkan, melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain. Kata pepatah : awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkat.

e. Indentifikasi, menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasi, misalnya dalam kecantikan, yang bersangkutan menyamakan dirinya dengan bintang film, atau dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.

f. Narsisme, self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.

g. Autisme, gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak ingin berkomunikasi dengan orang luar, dan merasa tidak puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus pada sifat yang sinting.

Oleh karena itu, penderita kekalutan mental lebih banyak terdapat dalam lingkungan :

1. Kota-kota besar banyak memberikan tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam memenuhi keperluan hidupnya. Akibatnya, sebagian orang tidak mau tahu penderitaan orang lain, timbullah egoisme yang merupakan salah satu ciri masyarakat kota.
2. Anak-anak usia muda tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak berimbanganya kemampuan dengan tujuannya, dan karena belum berpengalaman. Orang-orang usia tua pun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan hidupnya, akibat norma lama yang dipegangnya secara teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
3. Wanita umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah dan memendamnya di dalam hati (introver). Namun, sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah. Hal ini mengakibatkan mereka banyak memendam masalah dalam hati, sehingga tidaklah mengherankan kalau kaum wanita  banyak yang menjadi penderita psikosomatik (penyakit akibat gangguan kejiwaan) dari pada kaum pria.
4. Orang-orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi sehingga sikap pasrah pada umumnya tidak dikenalnya. Dalam keadaan yang sulit, orang seperti ini mudah sekali megalami penderitaan, diperkirakan bahwa jumlah penderita golongan ini mencapai 40 %.
5. Orang yang terlalu mengejar materi, seperti pedagang dan pengusaha, selalu memiliki sifat ‘gigih’ dalam memperoleh tujuan kegiatanya, yaitu mencari untung sebanyak mungkin. Mereka adalah kaum materialis dan biasanya mengabaikan masalah spiritual yang justru membuat seseorang pasrah pada saat-saat tertentu.

Cara-cara untuk menghindarkan diri dari frustrasi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Seseorang harus memelihara kesehatan jiwa (mental health) yang memiliki ciri-ciri seperti memelihara tujuan hidup, bergairah namun tetap serta harmonis, ada keseimbangan antara kemampuan dan tujuan, memiliki integrasi dan regularisasi tehadap struktur kepribadian, dan efisien dalam tindakan-tindakannya.
2. Melatih berpikir dan berbuat wajar tanpa menggunakan defence mechanism atau escape mechanism yang negatif. Artinya hanya bersifat pertahanan mundur yang pada suatu saat akan mengakibatkan seseorang terpojok sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu cara yang baik adalah dengan melakukan positive thinking, yaitu suatu cara untuk memecahkan persoalan dengan berpikir jauh ke depan (futuristis).
3. Berani mengatasi kesulitan sebagai respons terhadap challenge (tantangan) yang dihadapi agar dirinya survive dalam kehidupan. Keberhasilan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi akan membuat dirinya menjadi puas.
4. Berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu adalah menghilangkan himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi persoalan juga dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan kawan akrab. Kawan akrab dapat diajak bertukar pikiran, sehingga bisa membantu dalam meringankan suatu masalah, misalnya frustasi. Dalam banyak hal, kawan akrab selalu menampung segala rasa, terutama rasa yang tidak menyenangkan, misalnya penderitaan. Bahkan, pada saat yang diperlukan dapat juga memberikan nasihat yang dibutuhkan.

Sumber

Case Study :

Studi Kasus saya ambil dari artikel tentang gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat saat ini.

KOMPAS.com - Gangguan jiwa pun mengikuti perkembangan zaman dan teknologi! Dr Joel Gold, seorang psikiater dan asisten profesor di bidang psikiatri dari New York University, memperkenalkan gangguan kejiwaan yang dinamakan truman show delusion pada 2006.

Gejalanya, penderita berpikir bahwa setiap gerakannya direkam dan akan ditayangkan dalam acara reality show! Persis seperti film Truman Show yang dibintangi Jim Carrey.

Jenis gangguan jiwa lain yang khas dialami oleh penduduk dunia modern adalah perasaan selalu dibayangi oleh "mata-mata" dari dunia maya yang berasal dari komputer atau Blackberry. Para ahli menyebutnya sebagai "delusi internet".

Meski kedengarannya mustahil, seperti dilansir oleh harian New York Post, di Inggris dan Amerika sana, dua jenis gangguan kejiwaan ini kian banyak ditemukan.

Makanya, jangan sampai kecanduan Facebook dan Twitter menggantikan ajang sosialisasi Anda di dunia nyata!

Sumber

Opinion :
menurut saya perkembangan teknologi pada saat ini memang sangat pesat jika kita tidak bisa mengikutinya maka kita akan ketinggalan seiring perkembangan jaman, tetapi kita juga harus bisa membedakan mana yang berguna dengan yang tidak. Selain itu juga harus berhati-hati terhadap dunia maya agar tidak tertipu dan tidak membuang waktu dengan sia-sia, bisa juga menyebabkan gangguan mental dan psikologis seperti contoh kasus diatas.

Ilmu Budaya Dasar Bab 2 - Manusia dan Cinta Kasih

Nama : Widya Frima Asandra
Kelas : 1KA33
NPM : 18110491
Materi : Ilmu Budaya Dasar
Kelompok : 3
Dosen : Ninuk Sekarsari 


Kasih Sayang


Pengertian kasih sayang adalah memberikan/menyebarkan perasaan sayang kepada orang lain secara tulus tanpa peduli apakah orang lain itu akan membalas dengan hal yang setimpal.

Artinya memberikan sesuatu tanpa mengharapkan pamrih dalam bentuk apapun.



Kata kasih dan sayang itu mengandung pengertian yang sangat luas. Dan yang pasti setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih sayang yang sebenarnya, sekaligus memilikinya di dalam sanubari. Seseorang akan terlanda kekeringan jiwa jika hidup tanpa memiliki kasih maupun sayang. Apapun yang terjadi, pasti dia akan selalu ingin dicintai sekaligus mencintai orang lain. Dari pertama kali lahir di dunia sampai ajal menjemput.

Yang dimaksud dengan kasih dan sayang di sini bukan sekadar hubungan cinta atau asmara antara seorang laiki-laki dan perempuan saja. Namun lebih bersifat universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi daripada menerima. Kepentingan diri sendiri sering dinomor duakan demi memberi kebahagiaan pada orang yang dikasihi dan disayanginya.



Menciptakan Rasa Kasih dan Sayang Dalam Keluarga

Dalam hal perkembangan seorang anak dalam bertumbuh menjadi dewasa peran orang tua sangat berpengaruh besar dalam proses tumbuh-kembang seorang anak dan membentuk mentalitas serta pola pikir anak tersebut di masa depan.

Dalam hal ini kasih sayang sangat dibutuhkan sehingga orang tua harus mampu menunjukkan sifat kasih sayang kepada anak guna membentuk kepribadian anak tersebut menjadi pribadi yang baik yang mampu berbaur dalam sistem masyarakat.

Pembagian cinta kasih orang tua tersebut dapat dilihat dalam:

(1) Orang tua bersifat aktif, anak bersifat pasif

Dalam hal ini orang tua mampu memenuhi segala hal yang diingini anak secara materiil dan anak menerima tanpa memberikan respon kembali, hal ini dapat membentuk kepribadian anak yang tertutup dan tidak mampu memegang kendali.

(2) Orang tua bersifat pasif, anak bersifat aktif

Dalam hal ini kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang tua cenderung berlebihan dan tidak memperhatikan respon yang diberikan sang anak sehingga cenderung mendiamkan dan sang anak merespon sikap orang tua tersebut dengan menganggap bahwa segala hal yang dilakukannya adalah "BENAR".

(3) Orang tua bersifat pasif, anak bersifat pasif

Terlihat jelas bahwa kedua belah pihak tidak memiliki titik temu dalam komunikasi sehingga cenderung terlihat tidak peduli satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk pribadi anak yang tidak mampu bersosialisasi dengan masyarakat.

(4) Orang tua bersifat aktif, anak bersifat aktif

Merupakan bentuk terbaik dari interaksi kasih sayang antara anak dan orang tua di mana kedua belah pihak saling berbagi kasih sayang.


Kekuatan Dari Kasih dan Sayang

Kasih, sayang dan cinta. Itu semua adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kita semua. Tujuannya untuk menciptakan kehidupan damai di dunia agar selalu diliputi dengan ketentraman. Untuk itulah setiap orang perlu mengerti makna kasih sayang agar bisa saling menghargai kepribadian dari orang lain, meski dia punya perbedaan dengan kita.

Karena dari sinilah akan tercipta keharmonisan yang aman serta penuh kemesraan. Setelah itu akan muncul daya cipta yang terwujud dalam bentuk cinta, baik cinta kepada sesama manusia, lingkungan dan Sang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.


Kemesraan



Berasal dari kata mesra, yaitu perasaan cinta yang melekat dan merasuk sehingga dapat juga disebut sifat simpati yang akrab atau karib.

Kemesraan terjadi akibat adanya kontak batin antara dua orang yang memiliki perasaan saling mencintai satu dengan yang lainnya, sehingga kata "kemesraan" identik dengan keindahan dan keharmonisan hubungan.

Dengan adanya kemesraan manusia dapat melihat bukti langsung dari sebuah estetika cinta, kemesraan adalah buah dari cinta, dengan adanya cinta kemesraan terbentuk sebagai bukti nyata yang terjadi antar manusia di seluruh dunia.

Kemesraan dapat menimbulkan berbagai hal yang terkadang mustahil untuk dipikirkan, manusia mampu berbuat dan bertindak lebih di dalam "kemesraan"-nya dengan dunianya. Dan menunjukkannya dalam berbagai bentuk untuk kemudian dinilai oleh masyarakat.

Banyak sekali contoh puisi yang menunjukkan kemesraan salah satunya adalah

Puisi karya Khalil Gibran yang berjudul "Kekasihku, Layla"


Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu:

1. Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber atau genetal pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat.
 

2. Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun awal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
 

3. Kemesraan Manusia Usia Lanjut, Kemesraan bagi manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Pada masa ini diwujudkan dengan jalan – jalan dan sebagainya.
 

Sumber : 1 2  3

Case Study :


Studi Kasus saya ambil dari artikel mengenai Kasih Sayang.


KOMPAS.com Pujian adalah hal yang penting dalam hidup kita. Namun, seberapa banyak pujian yang cukup untuk diberikan kepada anak? New York Magazine melaporkan bahwa banyak anak berbakat yang mendapatkan skor tertinggi dalam tes menganggap remeh hasilnya karena mereka tak terbiasa menerima pujian. Para murid berbakat ini sering kali merasa tidak percaya diri untuk menghadapi masalah besar kecuali mereka tahu bahwa mereka mampu memecahkannya.

Serupa, laporan dari Brookings Institutions's Brown Center menunjukkan bahwa negara yang memuji muridnya dalam mata pelajaran Matematika ternyata nilainya di belakang negara-negara yang pengajarnya tidak memuji muridnya. Studi menunjukkan bahwa murid yang tidak memiliki kebiasaan untuk memuji justru nilainya lebih tinggi ketimbang anak-anak yang berada di negara yang menjunjung pujian.

Pertanyaannya, bagaimana cara agar pujian diberikan dengan cukup?

Di suatu titik, anak Anda akan menjadi sangat tidak kooperatif dan frustrasi dengan sekolah dan pekerjaan rumahnya. Di waktu-waktu seperti itu, pujian yang cukup dan pemahaman tujuan akhir yang tepat bisa meminimalkan kekhawatiran anak dan membantunya kembali ke jalur yang benar. Berikut adalah beberapa tips untuk menciptakan pujian yang positif untuk anak:

1. Dasarkan pujian pada keberhasilan yang sebenarnya dan sifatnya spesifik. Mengatakan bahwa si anak adalah orang yang pandai tak akan mengajarnya apa yang telah ia lakukan adalah hal yang benar. Berikan pujian yang sesuai dengan tugas yang terselesaikan. Contoh, Anda bisa berkata, "Kamu melakukan pekerjaan yang bagus dengan menjawab soal yang sulit seperti ini."

2. Pujian untuk upaya keras. Secara alamiah, orangtua akan berharap anaknya bisa mengeluarkan dan melatih upaya terbaiknya. Saat si anak sudah bekerja sangat keras menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan, berikan pujian untuk setiap level yang berhasil ia capai. Jika hasil upaya kerasnya mencapai angka yang biasa, berikan pujian jika Anda tahu bahwa si kecil sudah berupaya melakukan usaha yang sangat keras.

3. Tunjukkan ketertarikan Anda akan studi si kecil. Menerima kritik dan mempertahankan prestasinya adalah hal yang menantang untuk anak. Namun, menunjukkan ketertarikan serta dukungan di setiap waktu akan menawarkan kenyamanan bagi si anak. Tanyakan mengenai pelajaran di sekolahnya, dan minta ia untuk "mengajarkan" pada Anda. Ini adalah cara yang baik untuk mendorong kepercayaan diri anak dalam memahami materi pembelajaran sambil membantu mereka untuk terus berusaha.

4. Jangan membandingkan kemajuan anak lain dengan anak Anda. Pastikan bahwa Anda tidak membandingkan kemajuan si kecil dengan saudara atau temannya. Belajar bukanlah mengenai mengukur kemampuan satu anak dengan anak lainnya, melainkan memerhatikan perkembangan anak secara individual.

5. Ketulusan. Anak-anak adalah makhluk yang intuitif. Mereka bisa melihat arti dan maksud di balik sebuah pujian. Jika Anda memujinya hanya sepintas lalu atau tidak tulus, hal itu tak hanya menghapus pujian yang pernah Anda beri di waktu-waktu sebelumnya dan bahkan mengganggu pujian tulus di masa depan.

Bahwa Anda, orangtuanya, memerhatikan dan mendorong kemajuan dirinya, serta bangga akan dirinya, itu adalah hal yang vital untuk membangun kepercayaan diri, memotivasi, dan membantu kemandirian anak. Anak perlu tahu bahwa Anda ada di pihaknya dengan pujian yang adil untuk mendorong kepercayaan dirinya sekaligus memotivasi mereka untuk mencapai prestasi dan belajar lebih lagi karena mereka percaya pada kemampuan dirinya sendiri.


Sumber

Opinion :
pendapat saya tentang study case diatas adalah pujian sangat diperlukan bagi anak ketika dia berhasil melakukan sesuatu yang menurut orang lain susah untuk dilakukan seperti misalnya mendapatkan nilai tinggi saat ujian atau mendapat peringkat terbaik di kelas, tapi tentu saja tidak secara berlebihan agar anak tetap dalam posisi "sadar" tidak menjadi sombong atau meremehkan pelajaran karena menganggap sudah lebih pintar. Akan tetapi pujian dari orang tua juga berarti penghargaan atas usaha yang dilakukan anak, anak akan lebih merasa dihargai atas usaha nya dengan diberikan nya pujian tersebut dan lebih semangat untuk ke depan nya bisa juga dengan memberikan hadiah atas prestasi yang diraih nya tentu saja masih dalam posisi yang wajar.

Ilmu Budaya Dasar Bab 1 - Manusia dan Kebudayaan

Nama :Widya Frima Asandra
Kelas : 1KA33
NPM : 18110491
Materi : Ilmu Budaya Dasar
Kelompok : 3
Dosen : Ninuk Sekarsari

Bagan Psiko-Sosiogram Manusia

Berikut ini merupakan contoh dari bagan Psiko-Sosiogram manusia:
diambil dari buku “Mentalitas dan Pembangunan”


Nomor 7 dan 6 disebut sebagai daerah tak sadar dan sub sadar. Tak sadar karena memang sudah tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri. Sub sadar karena sewaktu – waktu unsur – unsur yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari – hari.

Nomor 5 disebut kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran – pikiran dan gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun yang dapat mengetahuinya.

Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan. kebalikan dari nomor 5, ini berarti manusia mengungkapkan kepada orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.

Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan. Tidak selalu manusia yang lain juga melainkan benda, atau makhluk hidup lain pun bisa berada pada lingkaran ini.

Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan pembeli.

Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal.

Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai.

CASE STUDY :

Studi Kasus saya ambil dari berita yang akhir-akhir ini marak terjadi,
yang berhubungan dengan bagan psiko-sosiogram manusia nomor 2 seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.


JAKARTA, KOMPAS.com - Guru ringan tangan masih saja terjadi di zaman modern ini. Gara-gara. persoalan sepele, seorang guru perempuan berinisal II tega menganiaya muridnya, Agung Haryono (9), siswa kelas  IV SD  Penjaringan 01, Jakarta Utara..
Akibat penganiayaan yang terladi pada Senin (26/7/2010) pagi itu, pelipis Agung terluka. Anak ini pun diduga gegar otak. Orangtuanya melaporkan hal itu ke Polsektro Penjaringan kemarin petang.
Ibunda Agung, Daltiah (42), ketika ditemui kemarin mengatakan, penganiayaan itu terjadi saat  Agung mengikuti pelajaran sekitar pukul 08.00. Ketika itu, Agung keluar dari kelas untuk melihat jam yang berada di kantor sekolah.
"Saya enggak tahu kenapa dia mau melihat jam, namanya juga anak-anak," kata ibu empat anak ini.

Muntah-muntah

Dari ruang kelas di lantai 2, Agung turun ke lantai 1. Saat berjalan di lantai 1, dia berpapasan dengan guru II. Belum diperoleh keterangan tentang penyebabnya, II langsung menjambak rambut Agung dan membenturkan kepala anak itu ke papan tulis yang tergantung di dinding dekat ruang kantor sekolah.
"Kepala Agung dibenturkan II sekali, tapi anak saya langsung pusing," kata Daltiah.
Setelah mengalami pusing kepala, Agung berjalan menuju kamar mandi. "Di kamar Agung muntah-muntah disaksikan beberapa temannya," ujar Daltiah lagi.
Meski kondisinya tidak fit, Agung tetap mengikuti pelajaran hingga selesai. Beberapa teman Agung yang melihat peristiwa tersebut kemudian memberi tahu kakak Agung, Adi Prasetyo (19).
Daltiah mengatakan, teman-temannya memberi tahu Adi bahwa kepala Agung dibenturkan oleh guru II. Dengan mengendarai sepeda motor. Adi yang tinggal di RT 05/17 Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, menjemput adik bungsunya itu ke sekolah.
Setibanya di rumah, Daltiah terkejut melihat Agung berjalan sempoyongan. "Nak, kamu kenapa kok kayak orang mabuk," tanya Daltiah saat itu.
Semula, kata pedagang kain ini, Agung tidak mau menceritakan kejadian yang dialaminya. Setelah beristirahat sejenak, akhirnya Agung menceritakan peristiwanya.
Melihat kondisi Agung, Daltiah membawanya ke Rumah Sakit Pluit. "Kata dokter, Agung harus dibawa ke dokter spesialis saraf," ujar Daltiah.
Memang, kata dia, kalau kepalanya menunduk, pandangan mata Agung menjadi tidak normal. "Yang dilihatnya jadi buram," ujarnya.
Sepulang Agung dari rumah sakit, para tetangga, termasuk ketua RW setempat, menyarankan Daltiah dan suaminya, Suratman, melaporkan kasus ini ke polisi. Saran itu pun dituruti oleh perempuan asal Bugis ini.
Menurut Daltiah, yang menjadi korban kekerasan guru II bukan hanya Agung. Ada beberapa teman Agung yang diperlakukan kasar oleh II. Daltiah pun menyebut nama, antara lain Rian, Rizky, clan Deva, yang juga anak tetangganya.
Warta Kota belum berhasil menghubungi II maupun guru lainnya ataupun kepala SDN 01 Penjaringan.
Kepala Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Utara, Istaryatiningtyas, ketika dihubungi mengaku belum tahu peristiwa tersebut. Dia mengatakan, bila benar-benar terjadi peristiwa itu, pihaknya sangat prihatin.
"Saya akan mengutus tim ke SD Penjaringan 01 untuk mendalami persoalan yang sebenarnya," ujarnya.


Langgar HAM
Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait saat dihubungi Warta Kota mengatakan, tindakan yang dilakukan guru agama honorer di SDN  Penjaringan 01itu dapat dikategorikan melanggar hak anak. Guru II juga melanggar Pasal 81 dan 82 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun penjara.
"Sekolah seperti disebutkan dalam Pasal 54 UU 23 Tahun 2002 adalah zona bebas kekerasan, baik dilakukan oleh guru, sesama siswa, maupun institusi sekolah. Kalau kekerasan dilakukan di lingkungan sekolah apalagi oleh guru, maka dapat dikategorikan melanggar pasal tersebut," ujarnya.
Menurut Arist, kekerasan terhadap siswa masih terjadi di sekolah dan dilakukan guru karena sistem pendidikan yang tidak manusiawi. Pasalnya, baik siswa maupun guru tidak dituntut mengikuti pendidikan dengan benar, tetapi mereka hanya mengejar target. Guru dibebani kewajiban agar siswanya lulus, sehingga begitu ada murid yang tidak melaksanakan perintah guru akan dikenai sanksi.
"Kurikulum kita tidak ramah terhadap anak dan guru. Jadi, mereka adalah korban dari sistem pendidikan. Atas nama disiplin, guru melakukan tindakan di luar akal sehat saat menghukum siswa. Kan ada hukuman konsekuensi. Tidak harus fisik," ujarnya.
Kepala Unit Reskrim Polsektro Penjaringan Iptu Samian dan Kapolsektro Penjaringan Kompol Lalu Iwan tidak mengangkat ponselnya saat dihubungi semalam. Tetapi, informasi yang diperoleh Warta Kota nomor laporan polisi orangtua Agung adalah 337-KVII-2010-Sektor Penjaringan.
Setelah menerima pengaduan Indonesia Corruption Watch (ICW) dan orangtua murid yang merasa diintimidasi pihak sekolah, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akan langsung melayangkan surat pemanggilan kepada Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan kepala masing-masing sekolah.
"Insya Allah minggu depan pemanggilan Kepala Dinas Pendidikan DKI sekaligus bersama-sama dengan pimpinan sekolah yang diadukan," kata Wakil Ketua Komnas HAM, Nurkholis, di Jakarta, Senin. (gus/pro/bum)

Sumber



OPINION : 
menurut saya kalau dilihat pada kasus diatas yang bersalah jelas adalah guru karena murid tersebut tidak tahu apa-apa. tetapi bisa saja murid tersebut juga memiliki kesalahan terhadap guru tersebut yang mungkin tidak dia ketahui dan saat berpapasan itulah guru tersebut melampiaskan kekesalan nya kepada murid itu, namun di satu sisi tidak harus dengan kekerasan fisik bisa dengan menasehati atau dengan cara lain. Apabila setiap guru melakukan hal yang sama jika murid nya melakukan kesalahan maka murid bisa saja takut untuk bersekolah karena terdapatnya kekerasan di dunia pendidikan yang seharusnya ia mendapatkan ilmu malah mendapatkan perlakuan yang tidak layak.